Rabu, 19 Mei 2010

Quo vadis Pendidikan Kita


Setiap akhir tahun, tepatnya saat Ujian Nasional masyarakat selalu resah, apalagi yang mempunyai anak yang sedang berjuang untuk dapat lulus. Terlepas dari itu sebetulnya ada hal yang sangat mengkhawatirkan bagi dunia pendidikan di tanah air ini mengapa?.
Sekarang masyarakat akan berpikiran secara instan dan pragmatis menyikapi UN, dan tidak kalah 'mengerikan' lagi lembaga pendidikan (baca;sekolah) menyikapi hal ini sama seperti masyarakat umumnya, alhasil apa yang terjadi?, yang penting tugas sekolah adalah dituntut hanya mempersiapkan anak hanya untuk menghadapi UN saja, "ironis bukan?" faktor-faktor pendidikan yang lain terabaikan bahkan substansi dari mendidik akan terkalahkan hanya untuk mengejar angka-angka kelulusan semata.
Ini tidak ubahnya sekolah hanya sebagai lembaga bimbingan belajar semata, bukan mendidik menjadi manusia yang seutuhnya, lihat saja sekolah ada yang berani selama semester dua di kelas IX SMP atau kelas XII SMA hanya diberikan materi mapel UN saja.
Melihat fenomena di atas rupanya banyak yang salah kaprah, pemerintah memaksakan kebijakan yang sebetulnya akan menjebak pada anak-anak pada pola pikir instan 'yang penting lulus', soal proses tidak perlu dipikir, mapel non-Nas nanti dulu, apalagi soal akhlak itu belum penting, sekali lagi 'pokoknya lulus'.
Tidak aneh bila kita mendengar ada kecurangan di sana-sini baik oleh anak sendiri, maupun pihak sekolah yang berani mempertaruhkan kredibilitasnya dengan membantu siswa-siswanya dalam ujian.
Maka jangan heran kalau kebijakan pendidikan masih seperti ini, bukan tidak mungkin korupsi, ketidak jujuran,dan sikap menghalalkan segala cara akan terus ada dan merajalela di negeri ini karean generasinya tidak dididik secara utuh sebagai manusia tapi hanya untuk meraih angka-angka sesaat.Lalu siapa yang salah, anak, guru, orang tua, atau pemerintah. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar